Al Quran

petunjuk

Salam, kebanyakan pos dalam blog ini tentang pembelajaran harfiyah di ambil dari blog inspirasi  – http://belajarterjemahalquran.blogspot.com/ –

Saya  salin  dan susun di blog ini mengikut tajuk untuk memudahkan rujukan sendiri dan pengunjung blog.

Semoga Allah memberi kebaikan dan keberkatan kepada penulis asal.

Posted in Al Quran | Leave a comment

123. UMUR NABI ADAM

PERTANYAAN
Ivan Algivari
Sekian tahun Nabi adam memeohon ampun kepada Robnya, sekian tahun mencari ibu hawa…
pertanyaanya… berapakah umur nabi adam…? ada yang tw yo?
JAWABAN
Masaji Antoro
Menurut keterangan yang terdapat pada Kitab Tafsir At-Thobry umur adam adalah SERIBU TAHUN dikurangi EMPAT PULUH TAHUN
= 960 TAHUN
حدثنا ابن حميد قال: حدثنا يعقوب، عن جعفر، عن سعيد، في قوله:(وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذرياتهم) قال: أخرج ذريته من ظهره كهيئة الذرِّ، فعرضهم على آدم بأسمائهم وأسماء آبائهم وآجالهم! قال: فعرض عليه روح داود في نورٍ ساطع، فقال: من هذا؟ قال: هذا من ذرّيتك، نبيٌّ خليفة. قال: كم عمره؟ قال: ستون سنة قال: زيدوه من عمري أربعين سنة. قال: والأقلام رطبة تجري. فأثبت لداود الأربعون، وكان عمر آدم عليه السلام ألف سنة; فلما استكملها إلا الأربعين سنة، بُعث إليه ملك الموت، فقال: يا آدم أمرت أن أقبضك قال: ألم يبق من عمري أربعون سنة؟ قال: فرجع ملك الموت إلى ربه، فقال: إن آدم يدَّعي من عمره أربعين سنة! قال: أخبر آدم أنه جعلها لابنه داودَ والأقلام رطبة فأُثبتت لداود.
Bercerita padaku Ibnu hamid dia berkata : Bercerita padaku Ya’qub dari Ja’far dari Sa’id dalam Firman Allah “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (7:172)”
Keluarkan keturunannya dari sulbinya seperti barang kecil yang bertaburan. Kemudian mereka diperlihatkan pada Adam dengan nama-namanya, ayah-ayahnya serta masa kematiannya, kemudian juga diperlihatkan pada Adam As ruh Daud As dari cahaya yang cemerlang,
Adam bertanya, Siapa dia ?
“Dia juga dari keturunanmu, kelak menjadi Nabi dan pengganti (mu)”
Adam bertanya, berapa umurnya ?
“Enam puluh tahun”
Adam berkata, (Aku mohon) tambahkan dari umurku empat puluh tahun untuknya, Qolampun berjalan (mencatat) hingga di tambahkan untuk umur Daud As empat puluh tahun.
Adalah umur Adam As. seribu tahun, maka saat Adam telah menyempurnakan usianya kecuali empat puluh tahun (yang ditambahkan untuk Nabi Daud As.), Allah mengutus malaikat maut seraya berkata
”Wahai Adam, aku diperintahkan untuk mengambil nyawamu”
“Bukankah umurku masih tersisa empat puluh tahun ?” Tanya Adam
Kemudian malaikat maut menanyakan perihal ini.
Allah berkata “Sesungguhnya Adam telah mengangkat empat puluh tahun dari umurnya yang telah dia berikan pada anaknya dan Qolam telah mencatatnya diberikan pada Daud As.”
Tafsir At-Thobry XIII/239
Neil Elmuna 
KETERANGAN DALAM KITAB INI BAHWA NABI ADAM TETAP DIBERI UMUR 1000 TAHUN TANPA DIKURANGI LALU DIBERIKAN KE NABI DAUD DAN BEGITUPUN NABI DAUD TETAP DIBERIKAN USIA 100 TAHUN TANPA DITAMBAHI DARI JATAH USIA NABI ADAM..
NAMUN HIKMAH DARI SIFAT LUPA NABI ADAM PERIHAL PERSETUJUAN DIBERIKAN USIANYA 40 TAHUN UTK NABI DAUD INI MENGAKIBATKAN ANAK KETURUNANNYA JUGA AKAN MENGALAMI SIFAT YANG SAMA CENDERUNG LUPA DENGAN JANJI YG SUDAH DIUTARAKAN.. KARENA ITULAH MULAI SAAT ITULAH U ALLAH MEWAJIBKANHARUS ADA PENCATATAN DAN PENGHADIRAN SAKSI-SAKSI DALAM PERAJANJIAN2 PENTING.. WALLOHU A’LAM.
‘AROO-ISUL MAJAALIS HAL 59
Posted in adam, Uncategorized | Leave a comment

MOTIVASI UNTUK DAPAT ISTIQOMAH DENGAN AL QURAN ( 1 )

MOTIVASI UNTUK DAPAT ISTIQOMAH DENGAN AL QURAN ( 1 )

Merayu Diri Agar Mencintai Al-Qur’an

Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz…

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku” (QS Al-Fajr [89]:27-30)

Ungkapan lembut tersebut adalah rayuan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang juga disertai ajakan yang provokatif. Bagaimana mungkin kita tidak tergiur dengan rayuan semacam itu?

Kita bisa bekerja dengan keras saat jiwa kita sedang asyik dengan Al-Qur’an. Tetapi di saat yang lain, kita mungkin mengalami kondisi keengganan yang besar, jangankan disuruh menghafal, sekedar melihat mushaf pun sangat tidak siap. Untuk kondisi seperti itu, kita perlu merayu diri sendiri, merenungi kehidupan diri kita sendiri sambil mencari bahasa apa yang dapat membangkitkan energi kita untuk kembali bekerja: meraih cita-cita hidup bersama Al-Qur’an.

Berbagai permasalahan umum pada diri kita saat berinteraksi dengan Al-Qur’an antara lain:

1. Kita sadar sepenuhnya bahwa tilawah setiap hari adalah keharusan, tetapi jiwa kita belum siap untuk komitmen secara rutin sehingga dalam sebulan, begitu banyak hari-hari yang terlewatkan tanpa tilawah Al-Qur’an.

2. Kita paham bahwa menghafal Al-Qur’an adalah kemuliaan yang besar manfaatnya, tetapi jiwa kita belum siap untuk meraihnya dengan mujahadah.

3. Kita sadar bahwa masih banyak ayat yang belum kita pahami, namun jiwa kita tidak siap untuk melakukan berbagai langkah standar minimal untuk dapat memahami isi Al-Qur’an.

4. Kita sadar bahwa mengajarkan Al-Qur’an sangat besar fadhillahnya, tetapi karena minimnya apresiasi dan penghargaan ummat terhadap para pengajar Al-Qur’an maka sangat sedikit yang siap menjadi pengajar Al-Qur’an.

5. Kita paham bahwa shalat yang baik – khususnya shalat malam – adalah shalat yang panjang dan sebenarnya kita mampu membaca sekian banyak ayat, namun jiwa kita kadang tidak tertarik terhadap besarnya fadhillah membaca Al-Qur’an di dalam shalat.

6. Kita sadar bahwa dakwah dijamin oleh nash Al-Qur’an dan Allah Swt akan memberikan kemenangan, namun jiwa kita tidak sabar dengan prosesnya yang panjang sehingga cenderung meninggalkan atau lari dari medan dakwah.

7. Kita paham betul bahwa banyak keutamaan di dunia dan akhirat bagi manusia yang berinteraksi dengan Al-Qur’an, tetapi fadhillah tersebut hanya menjadi pengetahuan, tidak mampu menghasilkan energi yang besar untuk beristiqamah dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.

8. Kita paham dengan sangat jelas bahwa semua tokoh Islam di atas bumi ini adalah orang-orang yang telah berhasil dengan ilmu Al-Qur’an dan merekapun menguasai kehidupan dunia, namun jiwa kita enggan mempersiapkan generasi mendatang yang hidupnya berada di bawah naungan Al-Qur’an.

Jangan pernah berhenti untuk merayu diri agar segera bangkit. Tanyakanlah pada diri kita:

1. Wahai diri, tidakkah kamu malu kepada Allah Swt? Mengaku cinta kepada Allah Swt tetapi tidak merasa senang berinteraksi dengan Kalam-Nya. Bukankah ketika manusia cinta dengan manusia lain, ia menjadi senang membaca suratnya bahkan berulang-ulang? Mengapa kamu begitu berat dan enggap untuk hidup dengan wahyu Allah Swt? Adakah jaminan bahwa kamu mendapat pahala gratis tanpa beramal shalih? Dengan apa lagi kamu mampu meraih pahala Allah Swt? Infak cuma sedikit, jihad belum siap, kalau tidak dengan Al-Qur’an, dengan apa lagi?

2. Wahai jiwaku, siapa yang menjamin keamanan dirimu saat gentingnya suasana akhirat? Padahal Rasulullah Saw menjamin bahwa Allah Swt akan memberikan keamanan bagi manusia yang rajin berinteraksi dengan Al-Qur’an, mulai dari sakaratul maut hingga saat melewati shirat.

3. Wahai jiwaku, tidakkah kamu malu kepada Allah Swt? Dengan nikmat-Nya yang demikian banyak, yang diminta maupun tidak, tidakkah kamu bersyukur kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an?

4. Wahai jiwaku, sadarkah kamu ketika Allah Swt dan Rasulnya mengajak dirimu memperbanyak hidup bersama Al-Qur’an? Untuk siapakah manfaat amal tersebut? Apakah kamu mengira bahwa dengan banyak membaca Al-Qur’an maka kemuliaan Allah dan Rasul-Nya menjadi bertambah? Dan sebaliknya, jika kamu tidak membaca Al-Qur’an, kemuliaan itu berkurang? Sekali-kali tidak. Semua yang kita baca dan lakukan, kitalah yang paling banyak mendapatkan manfaatnya.

5. Wahai jiwa, tidakkah kamu merasa khawatir dengan dirimu sendiri? Selama ini hidup tanpa al-Qur’an, jatah usia makin sedikit, tabungan amal shalih masih sedikit, jaminan masuk surga tak ada di tangan. Sampai saat ini belum mampu tilawah rutin satu juz per hari, jangan-jangan Al-Qur’anlah yang tidak mau bersama dirimu karena begitu kotornya dirimu sehingga Al-Qur’an selalu menjauh dari dirimu.

6. Wahai jiwa, tidakkah engkau tergiur untuk mengikuti kehidupan Rasulullah Saw dan para sahabat serta tabiin yang menjadi kenangan sejarah sepanjang zaman dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an? Jika hari ini kamu masih enggan berinteraksi dengan Al-Qur’an apa yang akan dikenang oleh generasi yang akan datang tentang dirimu?
Ungkapan di atas adalah perenungan terhadap diri sendiri dalam urusan dunia dan akhirat, hal yang dianjurkan oleh Allah Swt agar hidup kita tidak berlalu begitu saja tanpa makna.

“….Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-nya kepadamu supaya kamu berpikir. Tentang dunia dan akhirat…” (QS Al-Baqarah [2]: 219-220)

Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Posted in Uncategorized | Leave a comment